BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »
Semoga Hati Ini Sentiasa Terjaga

Elegant Rose - Working In Background

Monday, 25 July 2011

Senibina Putrajaya : Illuminasi & Freemason????

Malaysia.


Kalau kita melihat senibina tempat-tempat menarik di Malaysia ini, sebenarnya ada sesuatu yang terselindung. Kepada yang tidak meminati ataupun percaya kepada teori Konspirasi Freemason, maka abaikanlah gambar-gambar di bawah ini tanpa perlu membuang masa anda yang berharga itu.




Semenjak Google Earth berada di alam siber beberapa tahun lalu, pelbagai penemuan yang memeranjatkan dijumpai. Di Malaysia khususnya, kita pernah dikejutkan dengan penemuan satu tanda salib yang besar berada di atas bumbung bangunan perpustakaan Kolej Universiti Sains dan Teknologi Malaysia (KUSTEM) di Terengganu.


Siapakah arkitek yang merekabentuk bangunan tersebut dan apakah tujuannya, belum terjawab sehingga kini.



Kolej Universiti Sains dan Teknologi Malaysia (KUSTEM), Terengganu..





Pada ketika ini, bangunan ini telah dikaburkan jika dilihat melalui Google Maps. Mungkin kerana sudah terkantoi.

Bukti: http://wikimapia.org/1620361/Kustem-Cross


Kini kita beralih untuk melihat senibina yang benar-benar mengejutkan umat Islam di negara ini. Senibina Freemason yang ditemui melalui Google Earth terhadap pusat pemerintahan negara, Putrajaya.

Putrajaya



Vatican City & Putrajaya (perhatikan simbol mata)

Lagi gambar..



Di Alamanda, Putrajaya.





Presint 5, Putrajaya.



Yang ini jelas "mata"nya



Ok kita beralih kepada Obelisk pula.

Mengapakah Obelisk (Tiang) dibina sebagai mercu tanda? Apakah mercu tanda senibina Islam? Adakah tiang?




Jika kita masih buta dan sentiasa menidakkan tentang semua ini, segala jenis cerita sudah dikeluarkan. Tinggal kita nak tonton sahaja. Tontonlah The Arrival dengan hati dan minda yang sedikit menerima.

Sama-sama kita mencari kebenaran di muka bumi Allah ini. InsyaAllah.

The man you love...

Saturday, 23 July 2011

MUSLIMAH: Bidadari Idaman syurga

Mereka sangat cangat cantik, memiliki suara-suara yang indah dan berakhlaq yang mulia. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus dan siapapun yang membicarakan diri mereka pasti akan digelitik kerinduan kepada mereka, seakan-akan dia sudah melihat secara langsung bidadari-bidadari itu. Siapapun ingin bertemu dengan mereka, ingin bersama mereka dan ingin hidup bersama mereka.


Semuanya itu adalah anugrah dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan sifat-sifat terindah kepada mereka, yaitu bidadari-bidadari surga. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati wanita-wanita penghuni surga sebagai kawa’ib, jama’ dari ka’ib yang artinya gadis-gadis remaja. Yang memiliki bentuk tubuh yang merupakan bentuk wanita yang paling indah dan pas untuk gadis-gadis remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari, karena kulit mereka yang indah dan putih bersih. Aisyah RadhiAllohu anha pernah berkata: “warna putih adalah separoh keindahan”


Bangsa Arab biasa menyanjung wanita dengan warna puith. Seorang penyair berkata:


Kulitnya putih bersih gairahnya tiada diragukan
laksana kijang Makkah yang tidak boleh dijadikan buruan
dia menjadi perhatian karena perkataannya lembut
Islam menghalanginya untuk mengucapkan perkataan jahat


Al-’In jama’ dari aina’, artinya wanita yang matanya lebar, yang berwarna hitam sangat hitam, dan yang berwarna puith sangat putih, bulu matanya panjang dan hitam. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik, yaitu wanita yang menghimpun semua pesona lahir dan batin. Ciptaan dan akhlaknya sempurna, akhlaknya baik dan wajahnya cantk menawan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang suci. Firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci.” (QS: Al-Baqarah: 25)


Makna dari Firman diatas adalah mereka suci, tidak pernah haid, tidak buang air kecil dan besar serta tidak kentut. Mereka tidak diusik dengan urusan-urusan wanita yang menggangu seperti yang terjadi di dunia. Batin mereka juga suci, tidak cemburu, tidak menyakiti dan tidak jahat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang dipingit di dalam rumah. Artinya mereka hanya berhias dan bersolek untuk suaminya. Bahkan mereka tidak pernah keluar dari rumah suaminya, tidak melayani kecuali suaminya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang tidak liar pandangannya. Sifat ini lebih sempurna lagi. Oleh karena itu bidadari yang seperti ini diperuntukkan bagi para penghuni dua surga yang tertinggi. Diantara wanita memang ada yang tidak mau memandang suaminya dengan pandangan yang liar, karena cinta dan keridhaanyya, dan dia juga tidak mau memamndang kepada laki-laki selain suaminya, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair: Ku tak mau pandanganmu liar ke sekitar jika kau ingin cinta kita selalu mekar.


Di samping keadaan mereka yang dipingit di dalam rumah dan tidak liar pandangannnya, mereka juga merupakan wanita-wanita gadis, bergairah penuh cinta dan sebaya umurnya. Aisyah RadhiAllohu anha, pernah bertanya kepad Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, yang artinya: “Wahai Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, andaikata engkau melewati rerumputan yang pernah dijadikan tempat menggembala dan rerumputan yang belum pernah dijadikan tempat menggambala, maka dimanakah engkau menempatkan onta gembalamu?” Beliau menjawab,”Di tempat yang belum dijadikan tempat gembalaan.” (Ditakhrij Muslim) Dengan kata lain, beliau tidak pernah menikahi perawan selain dari Aisyah.


Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bertanya kepada Jabir yang menikahi seorang janda, yang artinya: “Mengapa tidak engkau nikahi wanita gadis agar engkau bisa mencandainya dan ia pun mencandaimu?” (Diriwayatkan Asy-Syaikhany)


Sifat bidadari penghuni surga yang lain adalah Al-’Urub, jama’ dari al-arub, artinya mencerminkan rupa yang lemah lembut, sikap yang luwes, perlakuan yang baik terhadap suami dan penuh cinta. Ucapan, tingkah laku dan gerak-geriknya serba halus.


Al-Bukhary berkata di dalam Shahihnya, “Al-’Urub, jama’ dari tirbin. Jika dikatakan, Fulan tirbiyyun”, artinya Fulan berumur sebaya dengan orang yang dimaksudkan. Jadi mereka itu sebaya umurnya, sama-sama masih muda, tidak terlalu muda dan tidak pula tua. Usia mereka adalah usia remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyerupakan mereka dengan mutiara yang terpendam, dengan telur yang terjaga, seperti Yaqut dan Marjan. Mutiara diambil kebeningan, kecemerlangan dan kehalusan sentuhannya. Putih telor yang tersembunyi adalah sesuatu yang tidak pernah dipegang oleh tangan manusia, berwarna puith kekuning-kuningan. Berbeda dengan putih murni yang tidak ada warna kuning atau merehnya. Yaqut dan Marjan diambil keindahan warnanya dan kebeningannya.


Semoga para wanita-wanita di dunia ini mampu memperoleh kedudukan untuk menjadi Bidadari-Bidadari yang lebih mulia dari Bidadari-Bidadari yang tidak pernah hidup di dunia ini. Wallahu A’lam...

♥●•٠·˙ Hati Yang Terluka˙·٠•●♥

Kita selalu membutuhkan sebuah cermin untuk dapat menilai seberapa panjang rambut kita, seberapa banyak jerawat yang menghiasi wajah kita, seberapa kusut kemeja yang kita pakai, atau sekadar memastikan apakah hari ini letak telinga sebelah kiri sudah proporsional dan seimbang dengan telinga sebelah kanan, ataukah belum... dan seterusnya, dan seterusnya..


“Buruk rupa, cermin dibelah.”

Kalimat satir ini seolah menyindir mereka yang enggan menerima sebuah kenyataan pahit bahwa pada dirinya terdapat hal-hal yang (mungkin) bersebrangan dengan rumusan estetika maupun etika manusia kebanyakan, karena pada kenyataannya cermin selalu jujur memantulkan objek yang ia tangkap di depannya dan (atau) merefleksikan kembali apa-apa yang ia pungut secara apa adanya tanpa bumbu-bumbu eufemisme.

Dan tadi malam, saya menemukan salahsatu cermin yang telah beberapa waktu sebenarnya sudah Allah selipkan untuk bisa saya temukan sewaktu-waktu dan di saat-saat tertentu ketika saya membutuhkannya.

Hingga menjelang pagi saya seolah diperlihatkan bahwa betapa banyak borok dan luka-luka yang selama ini mungkin terabaikan, sehingga, pagi tadi menjadi pagi yang sama sekali berbeda dengan pagi-pagi yang pernah saya lewati. Setiap tarikan nafas menjelma istighfar yang menyosokkan saya kembali menemukan kenyataan sejati bahwa diri yg dhaif ini amat sangat lemah, kecil, dan nyaris tak berarti.

Jika seorang Muhammad SAW yang ma'shum dan mahfudz beristighfar setiap hari kepada Allah sebanyak 70 kali dengan genangan airmata.

Jika seorang Abu Bakar pernah kedapatan memegang lidahnya sambil mengatakan “Lidah inilah yang menjerumuskan saya ke dalam banyak lobang (kesalahan).” sehingga ia sering menangis dan berharap bisa menjadi pohon yang dimakan dan dilumat saja tanpa dimintai pertanggungjawaban.

Jika seorang Umar pernah didapati pada suatu malam memukul kedua kakinya dengan cambuk seraya berkata, ''Apa yang sudah kukerjakan hari ini.''

Jika seorang Ustman setiap kali berhenti pada suatu kuburan selalu menangis sampai air mata membasahi jenggotnya, demikian juga halnya Ali yang senantiasa menangis karena takut akan datangnya hari dimana segala sesuatu akan diperhitungkan...

Mengapa saya tidak terganggu dengan hal itu?  Hey... Apa yang terjadi dengan saya?  Iblis mana yang telah menyisipkan rasa ujub dan takabbur ke dalam rongga hati hingga tanpa sadar diri ini seakan larut dan terbawa, bahkan mungkin sampai pada titik memandang diri yang lemah ini dengan tatapan kekaguman?

Sungguh saya bersyukur Allah telah mengirimkan seorang sahabat di sepertiga malam terahir yang pada dirinya saya temukan “cermin” yang dengan cermin darinya saya dapat melihat secara jernih borok dan luka yang ada di kedalaman bathin saya. Luka-luka yang selama ini (entah dengan sengaja atau tidak) mungkin telah saya abaikan.


********************

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan azab Tuhan mereka. Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka. Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun). Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, karena mereka tahu sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mu’minuun: 57-60)